Picture of You

Genre : True story (from writer)
Cast : Kim Jaejung, Shim Changmin, Lee Hyejin, Kim Jisoo
Note : Di fanfic kali ini, aku sebagai Hyejin. Soalnya sebenernya posisiku sebagai
Jaejung, tapi ceritanya jadi rumit. Meskipun true story, tapi kisah ini tetap fiksi, karena
hanya analogi. Meskipun entar nggak lebih baik dari FF ku sebelumnya, tetep komen ya.

Saat ini, bisa dibilang aku puas dengan pekerjaanku sebagai karyawan. Apalagi, perasaanku pada Jaejung, telah membuatku bersemangat setiap harinya. Aku ingin dekat dengannya, kuputuskan untuk menjadi manajer futsal di perusahaan, di mana dia aktif di dalamnya.

Jaejung
Hyejin sshi! Hari ini kau datang latihan kan?

Aku[Hyejin]
Nae…tentu saja! Aku tidak akan melewatkan hari ini seperti biasanya…

Tiba-tiba, seorang rekan kerja wanita Jaejung datang.

Jaejung
Jisoo? Kenapa wajahmu sedih?

Jisoo
Gwenchanayo…bisakah kau mengantarku pulang hari ini?

Jaejung
Yah, tentu saja! Aku akan mengantarmu sebelum latihanku dimulai.

Aku berpikir, bagaimana mungkin Jaejung bisa bersikap semanis itu pada Jisoo. Padahal, dia karyawan baru. Bahkan, dia rela terlambat datang latihan hanya untuk mengantarnya pulang. Manajer perusahaan tiba-tiba datang bersama seorang pemuda yang sepertinya aku kenal.

Manajer
Perhatian, hari ini ada karyawan baru di sini. Dia akan bertugas di bidang pemasaran.

Changmin
Annyong haseyo…joneun Shim Changmin imnida…mohon bantuannya…

Manajer
Hyejin! Sebelum pulang nanti, kau perkenalkan dia dengan klub futsal kita, hari ini kita latihan kan?

Aku[Hyejin]
Nae, songsaenim…

Setelah semua bubar, aku mencoba mendekati Changmin. Karena aku ingat kalau dia adalah sahabat kecilku. Dan aku juga ingat seberapa besar keinginannya untuk melamarku ketika kami sudah besar nanti.

Aku[Hyejin]
Changmin? Kau masih ingat padaku kan?

Changmin
Kupikir justru kau yang lupa padaku, tapi aku senang ternyata hal itu tidak benar.

Akhirnya, kami berbincang-bincang hingga tidak terasa waktunya pulang. Dan itu artinya, aku harus menuju tempat latihan bersama Changmin.

Hyejin
Apa kau suka bermain futsal?

Changmin
Apa kau lupa? Dulu aku adalah atlit sepakbola di desa kita.

Hyejin
Bukannya lupa, mungkin saja kau sudah tidak bermain lagi.

Kemudian, kuperkenalkan dunia futsal kami padanya. Aku senang karena Changmin memutuskan untuk ikut klub. Entah kenapa, sejenak aku melupakan perasaanku terhadap Jaejung. Bahkan, ketika dia datang terlambat pun, aku tidak memarahinya seperti rencana semula. Namun tatapannya seakan-akan tidak suka akan kedekatanku dengan Changmin. Ah, mungkin hanya perasaanku saja, pikirku.

-----

Hari ini, aku ada janji berjalan-jalan keliling kota dengan Changmin. Padahal kami ada latihan futsal untuk pertandingan antar perusahaan produsen. Mungkin, rasa rinduku pada Changmin lah yang membuatku nekat melakukan ini semua. Tanpa terasa, aku berdandan manis sekali.

Changmin
Kau…manis sekali…

Hyejin
Jeongmal? Gumawoyo…sudah lama aku tidak berjalan kaki, apalagi ditemani olehmu…

Changmin
Yah, sudah lama memang tidak seperti ini…apakah perasaanmu masih sama seperti dulu padaku?

Hyejin
Nae? [aku terkejut dengan ucapan Changmin barusan]

Changmin
Aku pernah berjanji untuk menikahimu, dan kau bilang padaku akan menunggu hingga kita tumbuh dewasa.

Aku hanya tertunduk malu. Bahkan, aku tidak ingat pernah bicara seperti itu pada Changmin. Dan sekarang, aku malah mengejar cinta Jaejung yang hingga kini selalu membuatku merasa gantung.

Changmin
Ayo, kita foto!

Changmin menarikku ke box foto. Kami berpose dengan penuh percaya diri. Bahkan, ia menunjukkan rasa sayangnya padaku dengan berpose mencium pipiku tiba-tiba. Hatiku makin ragu. Kami menghabiskan waktu hingga tak terasa langit sudah mulai gelap. Changmin mengajakku ke sebuah restoran sederhana. Tampak para pengunjung yang berpasangan menikmati suasana candle light dinner. Suasana impian, pikirku.

Changmin
Hyejin sshi! Apa benar, aku masih ada di hatimu?

Hyejin
Changmin sshi…aku bahkan tidak tahu perasaan seperti apa yang ada dalam hatiku saat kita masih kecil…bahkan sekarang sepertinya kau sedang menagih janji padaku…

Changmin
Aku memang sedang menagih janji padamu. Kau tahu, aku pun merasa aneh kalau ternyata perasaanku yang dulu masih ada hingga sekarang, dan perasaanku itu telah membawaku kembali padamu seperti sekarang, apa kau juga merasa seperti itu?

Yah, memang agak aneh tiba-tiba dia muncul di hadapanku. Sekarang pun dia memberikan kencan impianku. Tapi, aku hanya diam menanggapi hal itu. Makanan pesanan kami pun tiba. Kami diberi hidangan wine berkadar alkohol sedang. Tapi, ada yang aneh pada gelas wine milikku.

Hyejin
Kenapa ada cincin di dalamnya? Apa ini jenis wine logam?

Changmin
Hahaha…bukan Hyejin…tapi ini wine yang mewakili perasaanku padamu…maukah kau menikah denganku?

Dia melamarku. Entah apa yang ada dalam pikiranku. Tanpa menunggu jawabanku, dipasangkannya cincin manis itu. Aku pun tak bisa menolaknya. Terlintas Jaejung di pikiranku. Aku makin merasa bersalah pada diriku sendiri karena tidak tegas.

Hyejin
Maaf, aku tidak bisa memutuskan apa-apa…maaf jika aku harus membuatmu menunggu…

Tanpa pikir panjang, aku tinggalkan cincin itu di atas meja dan berlari meninggalkannya. Kepalaku makin pusing ketika kusadari sedang turun hujan. Aku menangis karena tidak bisa memenuhi janji. Aku takut. Lariku semakin kencang, dan tangisku pun semakin menjadi. Kepalaku sakit, semua pun jadi sakit. Tiba-tiba, aku menabrak seseorang dan semuanya menjadi gelap.

-----

Aku coba membuka mata meskipun kepalaku masih terasa sangat sakit. Saat kucoba bangun, badanku terasa berat, dan baru kusadari Jaejung tidur di atas selimutku. Keringatku bercucuran, ternyata di dahiku ada lap basah. Mungkin aku demam, karena seingatku kemarin hujan. Perasaanku sakit saat memandang wajah Jaejung. Tak terasa mataku berkaca-kaca. Jaejung pun terbangun.

Jaejung
Kau sudah sadar? Kenapa kemarin kau tidak datang latihan? Anehnya, Changmin juga tidak datang.

Hyejin
Iya, sebenarnya…

Jaejung
Sudahlah, jangan diteruskan…ayo, kubuatkan bubur jamur untukmu! Kau tahu kan aku pandai memasak…

Aku hanya mengangguk. Ku ikuti langkahnya menuju dapur apartemenku. Aku malu sekali ketika sadar kemarin aku meninggalkan tempat ini dalam keadaan berantakan sekali.

Jaejung
Kemarin sebelum aku ketiduran, aku bersihkan tempat ini. Habis…berantakan sekali…

Hyejin
Iya, mianhae kalau aku merepotkan…

Jaejung
Setelah sarapan, ayo kita jalan-jalan pagi…

Hyejin
Ne…

Bubur buatan Jaejung terasa manis. Tapi, entahlah aku ingin menangis. Setelah semua beres dan aku sudah berganti pakaian, kami keluar untuk jalan-jalan.

Jaejung
Kita duduk di sini saja ya, aku lelah…

Hyejin
Ah! Kau ini, Jaejung sshi! Tadi katanya…

Jaejung
Hyejin…aku suka padamu…apa kau mau jadi pacarku?

Hyejin
Ne?

Jaejung
Sudah lama aku memendam perasaan ini…sekarang aku lega sudah mengatakannya, jadi?

Dia tiba-tiba tidur di pangkuanku. Kemudian, dia genggam tanganku. Aku memang tidak menjawabnya, tapi sepertinya dia sudah tahu jawabanku. Inilah yang aku inginkan, ku belai rambutnya, tapi aku menangis. Sepintas Changmin muncul di pikiranku.

-------
Sebuah keterkejutan yang luar biasa, saat aku tahu di tempat latihan semua anggota menyambutku dan Jaejung dengan ucapan selamat. Dan kutemukan sosok Changmin di sana, lalu ia pun berlalu.

Jaejung
Terima kasih semuanya! Semoga kami selalu seperti ini hingga tua nanti…

Serempak semua menjawab tentu saja. Aku hanya tersenyum. Ragu itu muncul lagi, apakah ini yang aku inginkan? Aku benar-benar ragu. Kalau memang ini yang aku inginkan, mengapa hatiku sakit saat Changmin tiba-tiba pergi. Bahkan, rasa sakitnya lebih besar.

Jaejung
Kenapa sedari tadi kau diam saja? Kau tidak suka ya dengan pesta tadi? Sudah kukatakan pada mereka, tidak perlu mengadakan pesta begitu.

Hyejin
Aniyeyo, oppa! Mungkin, aku terlalu senang hingga tak tahu harus berbuat apa…

Yah, aku bohong padanya. Padahal aku punya keinginan jika nanti aku punya pacar, aku tidak akan mengecewakannya apalagi berbohong.

Semua anggota futsal berlatih dengan giat karena besok adalah pertandingan. Aku pun harus konsentrasi memberi mereka semangat. Kulihat Changmin ikut bergabung meskipun ia terlihat pucat. Tapi, aku ragu untuk menghampirinya. Aku takut semua orang akan memandangku aneh.


Jaejung
Akhirnya, selesai juga hari ini! Semoga besok kita bisa menang….

All
Yeah!!! Gumawo atas hari ini….

Jaejung
Aku antar kau pulang.

Aku mengangguk. Sepanjang perjalanan pulang, aku mencium bau badan Jaejung yang berkeringat. Dia memang berbeda dengan biasanya. Tidak ada lagi bau parfum yang selalu tercium saat aku berada di sampingnya.

Jaejung
Chagiya, bawakan ponselku…tali sepatuku lepas…

Hyejin
Ne…

Jaejung
Apa hubunganmu dengan Changmin?

Hyejin
Ne? Kami hanya sahabat lama…

Jaejung
Benarkah kau tidak punya hubungan apa-apa dengannya? Terkadang aku melihat tatapan mata kalian yang saling memandang punya sesuatu yang tersembunyi…aku hanya ingin kau tahu, aku tidak ingin menjadi orang bodoh…

Hyejin
Apa maksudmu orang bodoh? Aku tidak mengerti.

Jaejung
Orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan kalian, padahal kedekatan kalian sudah diketahui orang lain…menjadi orang bodoh adalah sesuatu yang menyakitkan…aku tidak ingin kau menyakitiku…kau adalah orang yang aku sayangi…

Aku hanya diam. Dan kami pun sampai di depan apartemen. Ketika aku sadar Jaejung ingin mencium bibirku, entah mengapa aku menghindar. Bukankah itu yang kau inginkan, Hyejin? Tanyaku dalam hati.

Hyejin
Mianhae oppa…aku…

Jaejung
Mmh…aku mengerti! Sampai besok yah…

Jaejung pun berlalu. Aku tahu sulit baginya untuk menerima penolakanku. Aku pun tidak mengerti kenapa menolak. Tiba-tiba saja wajah Changmin muncul, dan aku tersentak.
Seseorang menarik tanganku saat melangkah masuk. Dia mencium bibirku.

Hyejin
Changmin?

Changmin
Mungkin, ini yang terakhir bagiku. Aku tidak ingin mengganggumu lagi. Aku yakin kau dan Jaejung akan bahagia. Cincin itu akan tetap kusimpan.

Aku menangis. Changmin tidak memedulikanku. Saat aku melangkah masuk untuk kedua kalinya, tiba-tiba ponselku berbunyi. Bukan, ini ponsel Jaejung. Dia lupa meminta ponselnya kembali. Ternyata itu alarm. Sambil menangis, aku membukanya. Katakan selamat tidur untuk kekasihmu, Lee Hyejin….Tangisku makin menjadi.

-----

Pertandingan pun dimulai. Aku sampingkan masalahku dan tetap fokus memberi mereka semangat. Tidak ada hal yang aku pikirkan, ketika aku tahu Changmin tetap datang dengan ceria. Hatiku sakit karena kusadari ternyata perasaanku kepada Changmin masih ada, dan jauh lebih besar dibandingkan dengan perasaanku terhadap Jaejung.

Waktunya istirahat.

Jaejung
Wah, luar biasa! Lawan yang berat.

Hyejin
Iya, kau harus lebih semangat dari ini…

Jaejung
Ayo! Kita habisi mereka!

All
Ne!! Hwaiting!!!

Wajah Changmin makin pucat. Aku tidak berani bertanya, meskipun aku tahu itu kewajiban seorang manajer. Dia bilang baik-baik saja, saat Jaejung menanyai keadaannya.

Pertandingan makin menuju puncak. Skor mereka sudah cukup jauh untuk menang, 2-1. Tapi, kami tidak boleh lengah. Beberapa detik lagi pertandingan berakhir. Dan gol, dicetak Changmin disertai peluit dari wasit pertanda pertandingan telah selesai, kami pun menang.

All
Yeah!!! Kita menang…

Hyejin
Selamat ya….

Jaejung
Ini tidak lepas dari dukungan manajer kita…

Brukkk!!! Tiba-tiba Changmin jatuh tak sadarkan diri. Aku panik dan langsung menghampirinya.

Hyejin
Changmin! Changmin! Bangun, Changmin! Kau dengar aku?

Tanpa kusadari, aku menangis. Semua orang ikut panik dan langsung memanggil ambulan. Jaejung membantu menggendongnya saat ambulan sudah datang.

Changmin
Hyejin…jangan tinggalkan aku…

Hyejin
Changmin….

Aku ingin bersamanya, itulah yang aku mau. Tapi, aku tertahan karena statusku dengan Jaejung. Tidak, aku tidak bisa begini. Aku harus memilih.

Jejung
Hyejin…aku menagih ponselku…

Hyejin
Ah, iya…aku baru ingat…

Jaejung
Kemarin aku ingin kembali mengambilnya, tapi kau dan Changmin…yah, aku melihat semuanya…dan benar, aku menjadi orang bodoh…

Hyejin
Tidak oppa!!!!

Jaejung
Pergilah! Dia lebih membutuhkanmu, aku rela…

Baru kusadari, mobil Jaejung berhenti di depan rumah sakit.

Hyejin
Oppa!

Jaejung
I save a picture of you in my heart.

Aku memeluk Jaejung sambil menangis. Yah, aku putus dengan Jaejung dan kembali pada cinta lamaku. Mungkin Jaejung juga menangis, tapi itulah yang terbaik. Satu hal yang kupelajari adalah, aku harus tegas dalam menghadapi pilihan sesulit apapun, dan meskipun itu menyakiti satu belah pihak.

-----

Changmin
Maukah kau menikah denganku dengan cincin yang sama ini?

Hyejin
Hahaha, ne! Aku mau…

--FIN--